berkembang setelah ekosistem alami rusak tetapi terbentuk habitatbaru. Contoh, misalnya penebangan pohon di hutan sampai habis.Ekosistem suksesi sekunder dapat pula berkembang dari ekosistem buatan yang ditinggalkan secara alami. Contohnya sawah atau ladang tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.Suksesi sekunder karena penebangan hutanDiagram suksesi primer ekosistem daratBila suatu komunitas atau ekosistem alami terganggu, baik secara alami atau buatan ( misal oleh perbuatan manusia), dan gangguantersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada,maka pada substrat tersebut akan terjadi suksesi sekunder. Banjir, kebakaran secara alami, angin kencang dan gelombang laut (tsunami) merupakan gangguan alami, sedangkan penebangan hutan secara selektif (misalnya sistem tebang pilih), dan pembakaran padang rumput secara sengaja merupakan gangguan buatan.Contoh klasik suksesi primer adalah pembentukan dan perkembangan komunitas di kepulauan krakatau setelah gunung krakatau meletus tahun 1883. Selama seratus tahun sejak letusan tersebut, perubahan komunitas banyak ditelaah oleh para ahli ekologi. Perubahan vegetasi yang terjadi dapat disarikan pada gambar di bawah ini.Sampai saat ini belum banyak diketahui penelitian tentang suksesisekunder yang terperinci dan dimonitor dalam jangka panjang pada tempat yang sama seperti pada suksesi primer di Krakatau. Meskipun demikian dari data yang berasal dari berbagai tempat dan diambil pada waktu yang berbeda mengenai proses suksesi setelah hutan alam tanah rendah di daerah iklim basah setelah ditebang habis dapat digambarkan sebagai berikutProses dan faktor yang berperan pada suksesi sekunder sama dengan yang berlaku pada suksesi primer. Diantara factor yang mempengaruhi macam komunitas yang terbentuk dan kecepatan suksesi adalah luasnya komunitas asal yang rusak, jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu, kehadiran pemencar biji dan benih, iklim (terutama arah dan kecepatan angina serta curah hujan), macam substrat baru yang terbentuk, dan sifat-sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.Berdasarkan pengaruh musim terhadap pembentukan komunitas klimaks, ada dua hipotesis yang banyak diajukan oleh para ahli ekologi. Hipotesis pertama adalahHipotesis Monoklimaks yang menyatakan bahwa pada daerah bermusim tetentu hanya terdapatsatu komunitas klimaks. Hipotesis kedua mengatakan bahwa klimaks dipengaruhi oleh berbagai factor abiotik seperti keadaan tanah, drainase, dan topografi dengan salah satu factor yang bersifat dominan. Hipotesis ini dikenal dengan namaHipotesis Poliklimaks.Berdasarkan tingkat klimaks yang dicapai karena lingkungan tempat suksesi itu terjadi, maka dikenal beberapa tipe klimaks, yaitu hidrosere (Klimaks pada lingkungan air),halosera ( klimaks pada lingkungan payau), dan xerosere ( klimaks pada lingkungan kering).
Translate
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment